Wikipedia

Hasil penelusuran

Translate

Merengkuh Keajaiban Biduk-Biduk


















Bagai melihat cermin, bisa berkaca dan melihat dasar danaunya. Itu baru secuil keindahan dari sekian banyak panorama alam menakjubkan lainnya yang saya dapatkan saat berkunjung ke Danau Labuan Cermin di Biduk Biduk, Berau, Kalimantan Timur.

Di Kalimantan Timur, jauh di pedalamannya terdapat sebuah danau cantik bernama Danau Labuan Cermin. Danau jernih initidak hanya memiliki pemandangan yang menawan tapi juga unik, memiliki kandungan air asin seperti laut dan juga air tawar. Petualangan ke Biduk Biduk ini saya lalukan pada akhir Agustus 2014.

Perjalanan Panjang yang Mendebarkan

Menjelang tengah hari, dengan menggunakan mobil 4x4 double cab saya memulai perjalanan panjang menuju salah satu tempat terindah di Indonesia. Sempat mampir ke Bontang sebelum akhirnya lanjut ke Bengalon untuk istirahat dan bermalam. Sore harinya sudah sampai di Bengalon setelah sempat mengisi bahan bakar di Sangatta. Saya memang berencana menginap karena untuk melanjutkan perjalanan malam sangat riskan karena banyak melewati perkebunan sawit dengan banyak persimpangan. Sementara perjalanan Bontang-Bengalon relative lancar karena masih ramai dan jalannya lumayan bagus walaupun ada beberapa tempat yang sudah mulai berlubang.
Pagi hari sekitar jam 06.00 saya sudah berangkat. Perjalanan dari Bengalon ini benar benar menyiksa, karena jalannya rusak parah dan sebagian masih dalam perbaikan. Walaupun memakai mobil 4x4 tetap saja sangat terasa goncangannya. Setelah satu setengah jam sampailah di Simpang Kaliorang, sungguh membuat pegal seluruh badan. Rute yang dilalui sebagian besar adalah hutan atau kebun masyarakat, sangat jarang menjumpai rumah-rumah penduduk. Dari Simpang Kaliorang menuju Kaubuh relatif lancar hanya butuh waktu satu jam karena jalannya baru diperbaiki.
Dari Kaubuh kita harus menyeberangi sungai. Ini merupakan cara untuk memperpendek jarak, jika tidak kita akan jalan memutar selama lebih kurang lima jam. Biaya sekali penyeberangan Rp. 250.000 per mobil, sekali jalan dapat memuat sekitar 3 mobil. Setelah menyeberang sungai selanjutnya medan yang kita lalui adalah jalan logging kayu yang sudah diperkeras. Sepertinya sudah tidak terlalu aktif karena di kiri kanan dan sejauh mata memandang sudah menjadi perkebunan sawit. Jarak 25 km terasa lama sekali karena pemandangan yang ada sangat monoton, hanya sawit dan sawit. Tiga kali menanyakan arah jalan karena salah jalur dan sempat juga mencari jalur tercepat menuju Biduk Biduk sebelum bertemu dengan jalan aspal yang mulus.
 

Terpesona Kejernihan Labuan Cermin

Sekitar jam 11 siang akhirnya saya melihat plang bertuliskan “Selamat Datang di Desa Wisata Biduk- Biduk.” Pemandangan di sini sudah mulai tampak keindahannya. Pohon-pohon kelapa tinggi menjulang tertata rapi, sungai-sungai kecil yang jernih memotong jalan dan rumah-rumah berukuran kecil yang terbuat dari kayu di pinggir pantai. Rumahrumahnya kelihatan asri dikarenakan tertata rapi dan terdapat rumput hijau yang menyejukan mata. Rasa lelah akibat perjalanan panjang sekitar 11 jam sepertinya tak dihiraukan. Setelah shalat Jumat, saya langsung ke jembatan besi untuk menuju ke Labuan Cermin, tak lupa membawa bekal untuk makan sehabis snorkeling di sana.
Wisata di Labuan Cermin sudah dikelola oleh sekelompok warga lokal secara swadaya. Salah satunya adalah dengan menyediakan kapal kayu untuk mengantarkan wisatawan menuju lokasi danau. Untuk rombongan, tarif kapal hanya dipatok Rp. 10.000 saja per orang. Namun jika sewa penuh , maka tarif sewanya untuk pulang-pergi menjadi Rp. 100.000,-. Di sini juga tersedia penyewaan alat snorkeling dengan tarif Rp. 50.000 full set. Pengelola wisata Danau Labuan Cermin sangat antusias dalam menjaga kelestarian dan kebersihan danau. Hal itu dibuktikan dengan rutinnya mereka memungut seluruh sampah yang biasanya ada di sekitar dermaga kayu di dalam area danau. Tak heran, Danau Labuan Cermin selalu terlihat bersih meski sering dikunjungi oleh banyaknya wisatawan domestik.
Setelah menaiki perahu sekitar 15 menit melewati teluk yang sangat jernih, tibalah di ujung teluk. Di antara rerimbunan pohon ada jalur masuk menuju Labuan Cermin. Setelah menerobos pepohonan, barulah terlihat danau indah dengan airnya yang hijau jernih. Setelah sandar, seperti biasanya kegiatan utama saya adalah hunting foto. Mencari angle yang bagus dan mencoba beberapa lokasi yang berbeda. Setelah puas dengan foto, saya pun langsung ber-snorkeling ria di kebeningan Danau Labuan Cermin. Suasananya tenang dan terasa asri sekali dengan adanya pohon-pohon rindang yang mengelilingi danau indah ini. Hilang sudah letih selama perjalanan, luluh bersama kesegaran air danau tersebut. Setelah puas snorkeling, saya berganti baju di tepi danau yang sudah disediakan toilet dan kamar ganti. Selanjutnya saya meninggalkan Danau Labuan Cermin yang sangat cantik itu untuk kembali ke penginapan.
Saat perjalanan pulang ke penginapan saya dimanjakan dengan pemandangan pantai yang meneduhkan hati. Nyaman sekali rasanya tinggal di kampong ini. Rumah-rumah di pinggir pantai dengan pohonpohon kelapanya yang menjulang tinggi serta anak-anak kecil yang sedang bermain menciptakan suasana damai sore itu. Saya juga sempat berhenti untuk bermain ayunan di pohon kelapa dengan anak anak yang sedang riang gembira bermain di pantai putih tanpa batas. Sungguh momen yang mahal bagi orang kota, namun hal tersebut merupakan keseharian bagi anak-anak tersebut. Biduk-Biduk juga mengoleksi garis pantai yang indah, membentang panjang dengan pasir putihnya. Lautnya jernih dan biru, sayangnya potensi pantai ini belum dikelolasecara maksimal.
Malam hari di kampung Biduk-Biduk cukup sepi, suara pelepah kelapa yang bergoyang tertiup angin serta suara ombak menjadi teman saat bersantai. Sayangnya malam itu saya kesulitan untuk mencari makan, karena di sini warungnya sangat terbatas. Meskipun akhirnya saya menemukan warung makan dengan lauk ayam, namun terasa aneh di tepi pantai makan dengan lauk ayam dan tidak ada yang jual seafood. Namun bagaimana pun juga tempat ini sangat pas untuk istirahat menjauh dari kesibukan kota. Malam itu saya charge semua alat elektronik, karena di Biduk-Biduk listrik hanya menyala jam 6 sore sampai jam 6 pagi.



Teluk Sulaiman: Tempat Ikan Diburu

Pagi setelah sarapan, saya menuju Teluk Sulaiman di ujung kampung Biduk Biduk untuk rencana explore pulau dan spot sekitar Biduk Biduk. Sekitar 15 menit kami sudah sampai Teluk Sulaiman. Teluk Sulaiman merupakan teluk besar yang lanskap alamnya sangat indah. Hamparan air di teluk yang membentang luas dibentengi oleh barisan pegunungan. Di Teluk Sulaiman inilah terdapat banyak ikan laut yang banyak diburu para pemancing. Banyak warga local di Biduk-Biduk yang menjajal hobi memancing di sekitar teluk. Ada sebuah dermaga kayu berukuran cukup besar di sekitar teluk. Di ujung dermaga itulah biasanya banyak warga yang memancing ikan sambil menghabiskan waktu. Pemandangan teluk yang indah, terkadang mampu menghibur si pemancing meski kail belum membuahkan hasil.


Dua Yang Tak Tertinggal

Setelah dari Teluk Sulaiman, saya mulai explore dengan perahu yang sudah saya sewa Rp. 600.000 per hari. Perahu menuju objek wisata bahari andalan Biduk-Biduk, namanya adalah Pulau Kaniungan Besar. Sebuah pulau di tengah lautan yang jaraknya sekitar 40 menit dari Teluk Sulaiman dengan menggunakan perahu. Sebelum sampai Pulau Kaniungan Besar, saya singgah dulu ke Teluk Sumbang, tetapi dalam perjalanan ke Teluk Sumbang kena hujan yang walaupun tidak deras tetapi berlangsung lama sepanjang perjalanan, di Teluk Sumbang kami hanya explore pantai dan juga air terjun di tepi pantai yang ukurannya kecil. Sebenarnya ada air terjun yang besar, tetapi lokasinya agak di dalam dan perlu trekking, karena hujan maka rencana ke air terjun kami batalkan dan langsung menuju ke Pulau Kaniungan Besar. Di Pulau Kaniungan Besar terdapat pantai yang pasirnya putih dan bersih. Airnya jernih dengan keberagaman terumbu karang yang masih alami. Tak ada penginapan di pulau ini, sehingga wisatawan biasanya tidak bermalam di pulau tersebut.
Setelah puas bermain dan bersantai dipantai yang indah, saya coba untuk snorkeling. Dibandingkan dengan lokasi lain, misalnya Maratua atau Bunaken, daerah ini masih kalah jernih. Menurut yang bawa kapal, memang di bulan agustus ini cuaca kurang bagus, sehingga laut memang agak keruh. Tetapi terumbu karang dan ikannya cukup bervariasi, semakin siang arus semakin kencang dan akhirnya saya akhiri snorkeling untuk kembali ke penginapan. Tepat pukul 14.00 Wita saya kembali ke samarinda, serasa berat meninggalkan Biduk Biduk dengan laut berwarna kehijauan serta juga pohon kelapa di sepanjang jalan yang tampak asri. Surga ini tidak akan pudar selama masyarakat sekitar selalu merawat dan menjaganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar